Thursday, December 29, 2005

Cerpen: Kuasa Sebuah Nama

Atas permintaan seorang teman, cerpen lama ini saya posting disini saja.

Kisah ini fiksi belaka, kalau ada kesamaan nama atau peristiwa, tentu bukanlah sesuatu yang tidak disengaja.

“Konsultan brilian itu, dapat ide dari mana sih? Apa terlalu banyak chatting dengan alien. Atau sudah sering dugem di Venus. Gila aja ngasih nama bank seperti itu gitu. Memangnya kita mau buka Kantor Cabang di Uranus?”
“Aduh segitu sewotnya si Doni. Gak rela ya nama Bank Baliku dilikuidasi”, goda Rini sambil meneguk segelas sari buah punch dingin, yang terdiri dari campuran semangka, raspberry, leci, lime dan sirup markisa. Hmm, cukup manjur membasuh kering di kerongkongan. AC di Café sebetulnya cukup dingin, namun suasana panas dari ruang meeting tadi masih terbawa sampai sini.
“Bukan begitu Rin, elu lihat sendiri kan list nama baru buat bank hasil merger yang dipresentasikan oleh konsultan Start Trek tadi. Ada Bank Qiqa, Bank Ixi, Bank Spertha, Bank Circa, Bank Aira, bank apa lagi Ndra?”
“Bank Linka, Bank Creo, Bank Axia, Bank Qua, maksudnya bank gua kali ya. Ha ha ha. Pokoknya ajaib lah. Anak gua gak bakalan mau mengerjakan PR bahasa Indonesia kalau tahu bahasa itu sudah tidak laku lagi”, jawab Rendra sambil menyuapkan sepotong roti berbentuk pita yang melingkar-lingkar diisi campuran tuna dengan adonan mayonaise dan selada air.
Obrolan di Café Thamrin siang itu melanjutkan meeting di BPPN membahas nama baru buat bank hasil merger lima bank. Shakespeare bisa saja bilang apalah arti sebuah nama. Tapi buat orang bisnis macam mereka, nama adalah aset. Senjata vital untuk berperang di pasar. Menurut Rendra, nama Bank Yuniversal, tempat kerjanya dulu, sudah memiliki brand image yang bagus untuk retail banking. Dengan nama baru hasil merger lima bank nantinya, image seperti itu harus dibuat lagi dari awal. Dan itu tidak murah dan juga tidak mudah. Namun BPPN sebagai pemegang saham mayoritas kelima bank tersebut punya pertimbangan lain. Menurut penuturan Vicoy yang sudah bertahun-tahun malang melintang di BPPN, berdasarkan masukan dari konsultan yang punya reputasi internasional, bank hasil merger semestinya mempunyai corporate image yang baru. Untuk itu nama baru, logo baru citra baru dan manajemen yang baru adalah suatu kaharusan. Tanpa itu semua, masyarakat akan tetap mengingat bank tersebut sebagai kumpulan bank-bank bangkrut.
“Mas Vic, kenapa sih petinggi di kantor Mas itu mesti menyewa konsultan segala buat sekadar mencari nama?”
“Ah jangan berlagak bego begitu Rin. Buat Boss-boss BPPN, makin banyak proyek sama dengan makin banyak komisi. Begitu kan Mas Vic?” seru Doni bersemangat.
Vicoy yang ditanya hanya senyam-senyum saja. Hampir seluruh panca inderanya masih terfokus pada grilled chicken cajun roll sandwich. Sandwich yang diisi dengan Potongan-potongan ayam dipanggang, dicampur dengan saus yoghurt. Campuran daging itu dimakan bersama selada air, avokad, tomat, bawang bearnaice, dan coriander. Rasanya, hmmmm....antara gurih dan pedas yang berloncatan di lidah dan rasa segar sayur-sayuran. Untuk sekerat sandwich seperti itu, ditambah makanan pembuka, minuman dan makanan penutup, tak kurang dari 100 ribu perak harus dirogoh. Uang sebesar itu, buat Sumarni buruh kecil di Tangerang bisa untuk makan siang satu bulan penuh. Tapi Vicoy enjoy saja, toh koleganya dari bank-bank itu yang akan menggesek kartu kredit untuk membayar bill-nya.
“Enak betul Konsultan D’Makky Makky itu, kita harus bayar satu milyar Cuma untuk 10 nama alien. Artinya seratus juta per-nama. Mendingan buat bayar bonus akhir tahun gue”.
“Duh si Rini ini. BPPN itu biasa berurusan dengan nominal triliyun. Jadi semilyar dua milyar sih receh buat mereka”.
“Betul, yang penting ada proyek. Makin gede proyek kan makin gede komisinya”, timpal Rendra.”Tapi Lu jangan lupa Don, kalau gak ada Tim Merger ini kita juga gak bakalan dapet pemasukan tambahan. Jangan-jangan bank kita malah ditutup dan kita dirumahkan tanpa pesangon”.
“Gue ngerti masalah itu. Tapi mbo’ ya jangan kebangeten gitu lho. Lihat saja boss-boss Mas Vicoy ini di BPPN. Rumahnya beranak-pinak, mobilnya gonta-ganti terus. Belum lama beli Mercy new eyes, eh udah ganti lagi dengan Mercy mata kacang. Belum lagi depositonya. Wah korupsinya berapa tuh?”
“Eit, jaga perkataanmu Kawan”, potong Rendra. “Kita jangan gampang berburuk sangka, belum tentu mereka itu korupsi. Siapa tahu mereka miara tuyul”
Sontak semau tertawa, tidak jelas apanya yang lucu. Korupsi ataupun miara tuyul bukanlah sesuatu yang lucu. Obrolan terus berlanjut. Dalam pertemuan informal seperti inilah biasanya lobi-lobi lebih effektif dan keputusan-keputusan penting dibuat, entah sambil main golf, karaoke, kongkow di resto dan café, atau sambil dipijat di klub eksekutif.
******


Malam merangkak larut, sebuah sedan Peogeot 206 melaju pesat menuju perumahan Raffles Hills di kawasan Cibubur. Pikiran Vicoy masih tertambat pada obrolan tadi siang. Apa iya boss-nya miara tuyul? Bukannya dia mulai percaya klenik, tapi perkataan koleganya tadi meski dalam nada bercanda, kok rasanya ada benarnya. Bukankah selama ini orang-orang bank dan perusahaan yang bermasalah di BPPN itu sudah biasa mengirim setoran alias upeti buat para petinggi. Apa bedanya dengan tuyul. Bedanya paling dipenampilan. Tuyul-tuyul ini bernampilan necis, klimis, wangi dan berdasi. Dan satu bedanya lagi, tuyul berdasi ini kadang mengutil upeti tuannya dan kalau lengah sedikit saja bisa berubah jadi pemalak tuannya sendiri.
Faktor apa yang bisa membuat seseorang jadi tuyul atau jadi tuannya? Tentu saja nama dan kuasanya. Seperti halnya Vicoy, dengan menggunakan nama sebagai “orang BPPN” maka tuyul-tuyul berdasi itu berebut men-service-nya. Dia jadi teringat betapa Rendra berusaha mempengaruhinya untuk mendukung pencalonannya menjadi Kepala Corporate Secretary di bank merger nantinya. Dan usaha yang tak kalah gencar juga dilakukan Doni untuk memperebutkan jabatan yang sama. Ahh sampai kapan aku bisa mengontrol tuyul-tuyul itu, Vicoy membatin. Kuasa sebuah nama. Pantas D’Makky Makky dibayar mahal untuk sebuah nama yang punya kuasa. Punya kuasa di Uranus? He he.
Seorang wanita tua tergopoh-gopoh membuka gerbang. Sejurus kemudian mobil tuannya masuk dengan mulus.
“Anak-anak sudah tidur, Bi?”
“Sudah Pak, tadi Den Ivan nanyain Bapak terus. Katanya Bapak mau bawain mobil tamiya yang bisa tubruk-tubrukan gitu”.
Vicoy tersenyum kecut. Lupa. Sudahlah, Vicoy berusaha menghibur diri, urusan tamiya ini tidak lebih penting daripada hasil kongkow di café tadi. Vicoy dan koleganya sepakat untuk menyeleksi dari 10 nama planet-planet dalam lingkup galaksi starwars tadi disunat jadi 5, bahkan kalau perlu yang direkomendasikan kepada Kepala BPPN cukup 2 nama saja: Bank Linka dan Bank Aira. Meskipun kedua nama tersebut masih terasa absurb, mau tidak mau harus dipakai. Konyol sekali kalau mereka sudah mengeluarkan duit satu milyar tapi kemudian hasilnya tidak dipakai. Apa kata wartawan di koran kalau sampai bocor nanti?
******
Dan kekonyolan itu pun menjadi kenyataan. Disposisi dari Pak Agung –Kepala BPPN- sudah turun. Bukan Bank Linka atau Bank Aira yang berkenan dihati beliau. Nama baru yang kemudian beliau sodorkan, Bank Handal. Seperti biasa, Vicoy, Rendra, Rini dan Doni menanggapinya dengan tertawa garing.
“Ya sudah kalau begitu Mas Vic, kalau tuan besar sudah bertitah, kita sih ikut saja”
“lha terus pertanggungjawaban biaya yang satu milyar itu bagaimana?”tanya Rini polos.
“Kan sudah aku bilang dari dulu, hilang dimaling tuyul”.
Tawa garing kembali berderai. Vicoy tak mau banyak berkomentar. Dia lebih memilih asik menyantap ”biksu lompat dinding” (monk jumped over the wall) atau bahasa Cinanya Fu Tiao Zheang. Masakan dengan bahan daging keong, sirip ikan hiu, jamur bunga Jepang, haisom besar, scallop kering, ayam hitam, urat kijang, perut ikan, dan ginseng Cina. Harganya? Lebih mahal dari UMR buruh di Jakarta.
******
Seminggu telah berlalu, Vicoy tengah santai menunggu hasil pertemuan Pak Agung dan Pak Menteri. Apakah Pak Menteri menganggap dia dan bossnya itu juga merupakan tuyul piaraan? tanya Vicoy dalam hati. Entahlah. Sebuah sms dari sang istri membuyarkan lamunannya.
“Jg lp beli tamiya tubru2an”
Si jagoan cilik itu memang pantang menyerah. Tidak ada lagikah hal yang lebih merisaukannya selain mobil tamiya yang bisa tubruk-tubrukan?
“kringg..”
“Ya Halo Vicoy disini. Oh Pak Bambang, sudah selesai toh rapatnya. Bagaimana hasilnya Pak? Jadi Ibu bilang begitu? Ok lah Pak Bambang, kalau RI-1 maunya begitu, namanya tuyul kita sih ikut saja. Ha ha ha. Baiklah, besok kita buat konferensi pers untuk mengumumkan nama bank hasil merger yaitu Bank Permata. Sampai besok Pak Bambang”.

Jakarta, 13 Mei 2003

No comments: