Thursday, December 29, 2005

Kembali ke Khittah, Kembali ke Tik-Tak Jaipong

“Beginilah seharusnya sepakbola Indonesia dimainkan”, demikian seru para pengamat sepakbola mengomentari permainan Persib di era 80-an. Bermaterikan pemain berskill diatas rata-rata seperti Adjat Sudrajat, Adeng Hudaya, Robby Darwis, Sukowiyono, Iwan Sunarya dan lain-lainnya, Maung Bandung kala itu memainkan permainan tik-tak dengan umpan-umpan pendek merapat menyusur tanah diselingi oleh umpan panjang menyilang memanfaatkan lebar lapangan. Setiap kali seorang pemain Persib menguasai bola maka otomatis dua orang rekannya akan berlari didekatnya membentuk sebuah segitiga yang siap menggedor pertahanan lawan atau menjinakkan serangan lawan. Dan bola pun ber-“jaipong” dalam segitiga Maung itu. Cantik !
Tik-tak segitiga tersebut bisa membuat pamain dan pelatih lawan hilang akal. Dibutuhkan tiga orang pemain untuk mempresure segitiga itu. Manakala hal tersebut dilakukan lawan maka para pemain Persib mendemonstrasikan umpan-umpan panjang menyilang atau menusuk jantung pertahanan lawan. Maut !
Permainan tik-tak satu dua sentuhan menyusur tanah sekarang ini sulit kita temui dalam permainan Persib Maung Bandung. Padahal taktik tersebut terbukti bisa membuat Persib mengharubirukan kancah persepakbolaan nasional. Kenapa tidak dipakai lagi? Apakah karena pelatih Persib merasa sudah memiliki taktik lain yang lebih jitu? Dari hasil Ligina beberapa tahun terakhir terbukti strategi yang diterapkan Pelatih Persib belum memuaskan.
Lantas apa? Apakah karena skill pemain Persib sekarang tidak memungkinkan untuk memainan “tik tak jaipong” seperti dulu? Bisa jadi. Pelatih mestinya yang paling tahu masalah kemampuan anak didiknya. Namun saya pikir, masih cukup waktu untuk mengasah kemampuan tik-tak pemain sebelum kompetisi digulirkan kembali.

Saya memang merindukan kemenangan dan kejayaan Persib, namun saya lebih merindukan keindahan sepakbola Jaipong ala Maung. Beberapa pelatih asing yang pernah singgah dinegeri ini berpikiran hampir seragam bahwasanya pemain Indonesia yang berpostur relatif “imut” lebih cocok memainkan pola permainan tiktak pendek merapat diselingi oleh sprint-sprint pedek ke depan. Kenapa? Karena fakta dilapangan menunjukkan bahwa untuk sprint di bawah 20 meter pemain-pemain bertubuh pendek memiliki akselerasi lebih baik dibanding pemain-pemain Jangkung.
Menyambut Kompetisi Liga Indonesia Divisi Utama yang akan bergulir kembali Januari 2006, saya berharap semoga pelatih Risnandar bisa memuaskan dahaga bobotoh Persib dengan permainan cantik nan memikat. Sebagai Bobotoh setia, kami akan selalu memberikan dukungan sebagaimana yang telah dilakukan oleh PAS Band lewat lagunya "Aing Bobotoh Persib" (download di "http://kangdeni.multiply.com/music/item/3") dan walaupun terpisahkan lautan, kami akan selalu memantau perkembangan Persib melalui situs www.persib-bandung.or.id
Jadi tunggu apa lagi? Let’s turn the Jaipong on, Maung !

Hasil ngahuleng bari “miceun”
KD - Tiposi Panatik Persib

No comments: